Daun
Kemarau
Oleh : Anggi Ismawati Tunggal Putri
Telah ku titipkan semua pesan anganku.
Kutitipkan pada ranting-ranting
pepohonan yang semerbak.
Agar dia dapat memetik dan membacanya.
Telah ku selipkan semua pesan anganku.
Ku selipkan pada setiap angin yang
datang berlari.
Agar terbawa dan sampai di jendela
kamarnya.
Telah kugantungkan pula semua pesan
anganku.
Kugantungkan pada bintang-bintang di
langit kelam.
Agar saat malam datang ia dapat
melihatnya sambil sibuk menghitung bintang-bintang.
Tapi nyatanya tidak.
Sampai semua pesan
anganku merangkai lembaran-lembaran
langit kertas lusuh.
Membentuk gundukan-gundukan tanah kering lagi kerontang.
Berserakan di tanah abstrak seperti sampah.
Tidak sekalipun kau membacanya.
Menyentuh saja enggan.
Tidak sekalipun.
Seperti daun kemarau.
Terlihat keras dan kuat.
Namun saat digenggam remuk.
Jatuh membentuk serpihan-serpihan kecil.
Seperti daun kemarau.
Berceceran di pinggir-pinggir jalan.
Yang tak memiliki arti di setiap hati
orang-orang yang berlalu lalang.
Aku tahu.
Aku bukan penentu.
Aku hanyalah si pejuang yang akan selalu berjuang.
Sampai Tuhan mempertemukanku pada kesejatian.
Sampai pada kehidupan kedua.
Ketiga.........
Keempat........
Kelima................
Atau bahkan.......
Sampai pada kehidupan yang tak pernah ku bayangkan.
Tidak juga oleh satupun makhluk Tuhan.
SMKI Surabaya, 8 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar